Follow my tweets on twitter!

Pages

Minggu, 29 Maret 2015

Talking About Movie: Boyhood

Tertarik nonton film ini habis nonton oscar. Ternyata film ini dikerjain dalam waktu 12 tahun. Wow, saluteeee...!
Keseluruhan film ini mengisahkan tentang Mason (Ellar Coltrane) yang dari umur 6 sampai 18 tahun. Diliat-liat, si Mason makin gede kok makin mirip sama Ethan Hawke ya? Dia yang jadi peran ayah si Mason.



Biasanya sebelum nonton film, gue liat-liat review di blog orang dulu, banyak gue temui ke-boring-an di sana. Karena emang film-nya berdurasi hampir 3 jam dan tanpa klimaks. Bagi penyuka film gerak cepat, mereka sudah pasti melipir dari menit ke 30, atau mungkin kurang. heheh..

Mason dengan kakak perempuannya Samantha yang agak-agak, lucu, tinggal sama sama ibunya karena orang tuanya berpisah. Perjalanan hidup Mason inilah yang dijadikan cerita, gak ada yang terlalu spesial, tapi gue beneran sukaaa sama ni film.

Dari awal film sampai akhir gak ada tuh gue ngerasa boring, malah pengen nambah durasi. Haha
Mungkin karena bawaan gue emang dari sononye suka nonton film Jepang yang rata-rata kayak gini, datar dan anti klimaks. Gue adalah penikmat film disepanjang cerita, jadi gak masalah gak ada ending yang memuaskan atau puncak adegan(?)
Sama kayak film Before Sunset, Sunrise dan Midnight. Teman gue bilang "Film apaan sih nih?" Padahal gue udah berapa kali ngulang nonton film itu gak bosen-bosen.

Sedikit curhat, gue iri banget dengan keterbukaan orang-orang di sana, sama keluarga, sama siapapun gak ada yang terlalu nyimpen unek-unek sendiri, semuanya jelas dan diperjelas. They have those all good talking to each other. Itu udah jadi budaya mereka.

Kebanyakan kita kan, gak enakan, jadinya disimpen sendiri, akhirnya marah-marah dan melampiaskan ke hal lain. Hehe
Dalam keluarga gue sendiri, gue akui gue selalu menghindari yang namanya perbincangan awkward, saru, dan tabu sama orang tua gue. Padahal itu penting loh dalam keluarga. Hmm..
Bukan cuma yang awkward sebenernya, gue punya big huge problem dalam berkomunikasi kalo menyangkut masalah isi hati. *Halah.. Jadi sebisa mungkin gue selalu menghindar dan menghindar. I wish i could break the ice, but.. I just couldn't.

Gue sedikit prihatin sama peran ibunya si Mason di sini, harus membiayai dan mengurus 2 anak yang kecil sambil harus ngambil kuliah lagi demi hidup yang lebih mapan. Pernikahan dan perceraian disela semuanya, meskipun dia keliatan hebat dan kuat.. Pada akhirnya keluar juga kalimat,

"I knew this day was coming. I just... I didn't know you were going to be so fucking happy to be leaving. You know what I'm realising? My life is just going to go. Like that. This series of milestones. Getting married. Having kids. Getting divorced. The time that we thought you were dyslexic. When I taught you how to ride a bike. Getting divorced... again. Getting my masters degree. Finally getting the job I wanted. Sending Samantha off to college. Sending you off to college. You know what's next? Huh? It's my fucking funeral! Just go, and leave my picture! I just thought there would be more."


This is what i am worry about these days!

Seperti bercermin pada ketakutan gue selama ini, setiap orang tua gue membahas tentang pernikahan gue suatu hari nanti gue selalu takut untuk membayangkan. Karena gue merasa belum melakukan apa-apa, karena begitu banyak orang yang gue kagumi dan setidaknya gue pengen melakukan apa yang mereka lakukan dalam hidup gue. Sebelum menikah, dan terikat dalam suatu keadaan sepertinya ibunya Mason. Meskipun gak semua pernikahan bakalan bikin kita gak bebas, tapi punya pasangan seperti pasangan @DuaRansel itu 0000000,1/100. Lol!

Is my life going to be pointless? Forgotten after funeral?

Or to be remembered? I don't know, you don't know.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar