Follow my tweets on twitter!

Pages

Sabtu, 07 Maret 2015

Aku Melihatmu Kemarin

Aku melihatmu kemarin.

Setelah entah berapa tahun aku tak melihat wajah itu, wajah yang dulu pernah terlihat begitu manis dimataku. Sebenarnya, sampai sekarang kau masih terlihat manis.

Pertama, biarkan aku mengutip tulisan dari penulis yang selalu membuatku mengingatmu, mengingat tentang kita, jika aku membaca buku-bukunya.

"Ketika telah membuka hati, aku pun harus bersiap untuk kehilangan lagi. Apakah setelah cinta memang harus selalu ada air mata dan luka hati?"
- Bernard Batubara -

Membaca kalimat itu, aku seperti membaca diriku sendiri. Ya, saat aku memutuskan untuk jatuh cinta padamu, aku tahu, aku juga harus sudah memerpersiapkan hatiku untuk menghilangkanmu.
Dan itu memang yang akhirnya harus terjadi. Akulah orang yang jatuh cinta dan meninggalkanmu. Akulah orang yang pergi setelah berjanji untuk selalu berada disampingmu.

Aku melihatmu kemarin, berjalan tepat disamping jendela mobilku yang terbuka saat aku mengunjungi kembali tempat kelahiranku. Seketika itu juga ada yang ingin meloncat keluar dari tubuhku, dan sesuatu yang hendak mengalir dari mataku.

Aku melihatmu kemarin, dengan gaya berjalan yang sama, dengan raut wajah penasaran yang sama, dengan teduh pandangan yang juga masih sama. Seperti beberapa tahun lalu, saat kita masih bersama.

Hey... Apa kau masih ingat? Saat pertama kali kita bertemu di halaman sekolahku. Aku melihatmu bercanda dengan beberapa kawanmu yang juga teman sekolahku. Kau memegang sebuah gitar dan tertawa-tawa sambil bernyanyi.

Saat pertama kali mata kita bertemu, dengan tanpa aku sangka kau begitu saja menghampiriku dan menggodaku dengan raut wajah penasaran yang aneh. Sebenarnya, raut wajah penasaran yang manis.

"Hey! Cantik, siapa namamu?"
"Kamu kelas berapa?"
"Boleh kenalan, gak? Kalu gak boleh, aku akan memaksa untuk mengantarmu pulang." ucapmu bertubi-tubi sambil tersenyum genit.

Baru kali itu aku bertemu dengan pria sepertimu. Jujur saja, aku sangat tidak suka dengan lelaki tukang rayu sepertimu, yang menurutku tidak punya sopan santun pada orang yang baru dikenal dan suka menggoda wanita.


Entah bagaimana akhirnya aku luluh pada sikapmu yang selalu bertingkah konyol. 

Mungkin karena aku terbiasa melihatmu menunggu di depan halaman sekolahku hanya untuk menggoda dan meminta nomer teleponku. Dan saat kau tidak ada disana pada suatu hari, aku merasa ada yang kurang dan hilang. Aku meyadari sesuatu, aku merindukanmu.

Mungkin juga saat kita berbicara berdua mengahadap pohon trembesi yang rindang di depan sekolah. Kau menceritakan hal yang tak kuduga. Seseorang yang lucu dan selalu riang sepertimu memiliki luka dan kesedihan yang harus kau sembunyikan. Aku mulai jatuh cinta padamu karena kau membuatku merasa aku adalah orang yang penting, orang yang kau beri kepercayaan, orang yang kau tatap matanya dalam-dalam saat berbicara.

Atau mungkin saat kau langsung buru-buru mendatangiku saat mengetahui aku pulang larut malam sendirian. Mungkin bagi sebagian orang itu bukanlah apa-apa, tapi bagiku hal yang kau lakukan lebih dari sekedar kata-kata.

Kau tidak pernah menyatakan cinta padaku, aku tak pernah mengatakan aku menyayangimu. Tapi bukankah kata-kata itu tak penting lagi jika kita sudah sama mengerti dan sudah merasa saling meliki?

Aku tak perlu kata-kata karena aku mengetahuinya dari cara kau menggenggam tanganku saat aku merasa sedih. Aku mengetahuinya saat aku tak perlu menceritakan kegelisahanku, kaulah orang yang pertama kali memelukku dengan erat. Aku mengetahuinya saat kau, lelaki yang selalu riang dan melontarkan kata-kata lucu menangis saat aku mengatakan kita sudah tak bisa lagi bersama-sama.


Ya.. Akhirnya aku harus meninggalkanmu, karena aku tau sejak awal hubungan kita tak akan menemui titik untuk bersatu. Karena beberapa alasan bodoh yang tak bisa aku perjuangkan bersamamu. Karena aku seorang pengecut.


Aku melihatmu kemarin. Dan..

Masih terngiang jelas ditelingaku lagu yang kau bilang untuk perpisahan kita.
Masih terngiang jelas ditelingaku hangat suara serakmu.
Masih terngiang jelas kalimat terakhir yang kau nyanyikan..

"Mungkin inilah jalan yang terbaik dan kita mesti relakan kenyataan ini.."

Aku melihatmu kemarin, dan kau harus tahu bahwa, selalu ada tempat yang kusimpan untukumu, dan kenangan-kenangan itu.

2 komentar:

  1. Semoga perpisahan bukanlah sebuah akhir dan masalah, melainkan awal dan solusi. Amin.

    BalasHapus