Follow my tweets on twitter!

Pages

Sabtu, 24 Januari 2015

Moratorium Tamako / Melda In Moratorium



Seperti menonton cerita diri sendiri, itulah kesan gue saat nonton film ini.


Tamako In Moratotium


Jadi film menceritakan tentang kehidupan seorang gadis Tamako (Atsuko) yang baru saja lulus dari Universitas dan kembali ke kampung halamannya, apa yang dilakukan Tamako setelah lulus? TIDAK ADA. Dia nggak berniat buat mencari pekerjaan, nggak pernah melakukan pekerjaan rumah, kerjaannya dari pagi sampai malam hanya tiduran di depan tv, baca manga, makan, dan main game. hidupnya cuman dihabiskan untuk bersantai-santai. Tamako hidup berdua bersama ayahnya yang merupakan pemilik sebuah toko olahraga.

Kenapa gue bilang seperti menyaksikan cerita diri sendiri? Karena emang begitu kenyataannya, awalnya sih banyak yang gue rencanain, tapi semua berubah setelah negara api menyerang. Jadinya, kehidupan gue sekarang 80% sama kaya Tamako, kerjaan gue di kampung ini cuma Nonton film,nonton Anime, makan, dan baca novel. Bedanya, Tamako ini emang bener-bener gak ngerjain apa-apa di rumah, sedangkan gue bertugas jadi koki di rumah ini, semuanya gue yang masak, kerjaan kaya nyuci dan bersih-bersih adalah kerjaan emak gue.

Dan setelah tugas gue selesai, gue pun kembali ke kamar yang dibilang abah gue lebih mirip Goa karena gelap dan berantakan. FYI: gue gak suka cahaya lampu kalo lagi gak diperlukan.

Kira-kira seperti inilah gue saat pagi hari


Ayah Tamako di gambarkan sebagai ayah yang sangat baik dan penyabar. Meskipun putrinya pemalas nggak ketulungan, dia selow saja. Awalnya dia ngomel-ngomel karena mungkin kesal melihat kelakuan putrinya yang seperti orang gak semangat hidup, tapi lama-lama dia terbiasa dan membiarkan Tamako sadar dengan sendirinya. 
Coba emak sama abah gue kek gitu, yahh.. Mereka emang gak sering ngomel tentang kelakuan gue, tapi kadang suka nyusuh kerja di sinilah, kerja di sanalah, nyuruh nyuci motor lah, biar gue ada yang dikerjain aja gitu. Apalagi abah gue, dia selalu sirik tiap liat gue main laptop. Tapi karena gue udah kebal, mereka udah terbiasa.. hahaha 

Hidup Tamako ini enak banget, baju di cuciin, makan dimasakin serta disediain... 




BTW, ayahnya Tamako ini kayanya jago masak, keliatan enak banget masakannya.. 

Tamako ini cuma punya teman satu, yaitu bocah SMP yang juga awalnya pelanggan di toko ayahnya. Sama persis kaya gue, bedanya gue gak punya temen samasekali disini. Bocah SMP ini puya pacar, yang akhirnya putus gara-gara Tamako. hagHaghag 






Film ini lambat sama kaya film-film Jepang pada umumnya, gak ada sesuatu yang besar dalam film ini, tapi gue suka aja gitu.. Mungkin karena menggambarkan diri gue, ha

Akting Maeda chan juga bagus, ekspresi pemalasnya dapet banget, 



Meskipun gak terlalu kentara, perubahan Tamako terlihat dengan halus selama empat musim. Dia mulai membantu ayahnya belanja sayuran, mulai memikirkan lamaran pekerjaan, meskipun masih ragu-ragu dan bingung mau mulai darimana. hehehe

Yah, intinya walau terlihat malas banget, sebenarnya dalam hati Tamako chan juga memikirkan masa depannya, dia cuma butuh waktu.. Just like me.. Kita bukan pemalas, cuma menikmati waktu sebelum mulai banting tulang lagi.  #eaa *pembelaan

Ada quote yang dalem di film ini menurut gue, dan juga menggambarkan perasaan gue saat ini. (T^T)

"Diriku yang sekarang bukanlah diriku yang sebenarnya. Selama hidup di dunia ini, setiap orang memiliki peran. Saat aku menjadi orang lain, rasanya normal, tolong beri nama baru untukku."

Pokoknya, yang suka nonton film Jepang, nontonlah film ini gue rekomendasiin, apalagi kalau elo adalah seorang pemalas. Wajib nonton, hahaha...
Dah dulu, Kombawaaa ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar