Bukan berharap untuk bersama lagi, sekedar bertemu saja kesempatan
itu sudah lebih kecil dari setetes hujan diantara hujan lainnya. Tapi mengapa
ia mau menunggu? Berjalan kedepan dengan tubuh menghadap belakang, bercanda ria
dengan sekitar tapi masih menulis cerita pilu masa silam. Setiap goresan tinta
miliknya hanya untuk sang kekasih, untuk orang yang masih ditunggunya.
Dia berkata padaku...
"Rumahmu bukan seperti rumah para petani dihamparan padang,
hanya sesaat diperlukan dan kemudian ditinggalkan. Pantaskah itu disebut
perteduhan...? Kalau kamu masih belum mendapatkannya maka carilah. Tapi aku
mengerti, tentang mata, tentang hati, ada yang tak bisa dilihat & disadari
oleh keduanya ketika berhadapan langsung dengan sebuah kebesaran... Seperti
sebuah gedung, kamu tak cukup hanya tegak menatap, tapi kamu perlu
menengadahkan pandangan, agar tau arti sebuah ketinggian. Bukan mustahil, ada
sesuatu yang besar disekitarmu sekarang, hanya kamu yang belum menyadari."
Mungkin
itu sebuah ungkapan bahwa dalam dirinya, terdapat kisah yang bukan hanya dengan
mudah untuk berlari begitu saja. Aku terbiasa menertawakan mereka yang menangis
tersedu hanya untuk sebuah cerita cinta. Tapi untuk keteguhannya, sedikitpun
aku tak pernah berfikir kisah cinta itu pantas untuk diremehkan. Ia lebih dari
sekedar mengerti tentang waktu yang lama berjalan. Tentang cinta yang tak akan
pernah berakhir sampai akhir cerita yang telah ditentukan, terkadang tak ada
pilihan untuk kita berputar arah atau kata selamat dari keterpurukan. Tapi
dituliskannya lagi, “ Aku baik-baik saja, hanya saja tak sebahagia saat
bersamanya.” Apakah cinta memang bisa membuat suatu ikatan yang indah? Aku tak
tau, aku tak pernah melihatnya, tak pernah mendengar suaranya. Tapi ia begitu
nyata, setelah melihat penantiannya yang begitu setia tanpa berpaling, tanpa
menyalahkan cinta yang disimpanya tidak terasa manis. Kini semuanya tenggelam
lagi saat berkurang cahaya, mimpi-mimpiku hanya sebuah keramahan fatamorgana.
Aku tak sekuat dirinya, yang dalam diam menerka, mencari tahu arti kehidupan
meski bukan hal mudah untuk mencari sebatang jarum yang tenggelam menyusup
dalam kabut pekatnya takdir.*dedicated to my Bro Jusef Ahmad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar